Jumat, 15 Oktober 2010

pengusaha PT. HERO supermaket

KURNIA


Biasa berbusana rapi dan serasi, pendiri PT Hero Supermarket ini tampak lebih mirip seorang dokter ketimbang pengusaha. Cita-citanya sejak kecil memang menerjuni dunia bisnis. ''Saya merasa tidak mampu menjadi seorang dokter, atau insinyur,'' tuturnya.

Orangtuanya pengusaha toko kelontong, berjualan barang pecah belah, dan pakaian jadi. ''Semacam grocery store,'' katanya. Ketika ia berusia sembilan tahun, toko orangtuanya dibakar habis oleh tentara pendudukan Jepang.

Beberapa tahun setelah Proklamasi Kemerdekaan RI, mereka sekeluarga pindah ke Jakarta. ''Di tempat yang baru, orangtua saya merangkak lagi dari bawah, membuka toko kecil di Gang Lebar, Pintu Besar,'' ceritanya. ''Berjualan makanan dan minuman.''

Sejak itu, Kurnia bekerja membantu orangtuanya, seraya belajar berdagang. Pada 1950-an, ia bersama kakak sekandung mendirikan CV Hero. ''Modalnya dengkul, kerja keras, ulet, dan berhemat,'' tuturnya. Usaha itu berkembang. Ia kemudian berpikir tentang mengimpor barang secara kecil-kecilan.Setelah berusaha dan berpengalaman selama lebih dari 20 tahun, CV Hero dikukuhkan, dan diubah menjadi PT Hero Supermarket, 1973. Kini, perusahaan itu mempunyai delapan cabang di Jakarta. Toko swalayan yang pertama didirikannya di Jalan Falatehan, Kebayoran Baru. ''Usaha kami ini ditunjang kerja sama dengan Bambang Wiratmaji Soeharto, pimpinan suatu supermarket,'' ceritanya.

Dalam mengelola perusahaannya, Kurnia sangat memperhatikan dua hal: mempelajari dan mengembangkan teknik perdagangan, dan selalu memperbaiki pola dalam mengatur karyawan. ''Tegasnya, marketing dan personalia harus mendapat porsi penanganan secara serius,'' ujarnya. Didukung 700 karyawan, PT Hero Supermarket tidak bergerak di bidang usaha lain. Terhadap saingan, ia senantiasa bersikap tenang dan tidak menggebu-gebu. ''Yang penting, kami berusaha selalu meningkatkan pelayanan, melengkapi penyajian barang, dan menjaga mutu.''

Setiap hari Kurnia bangun pukul lima, segera sesudah itu jogging. Berangkat ke kantornya sebelum pukul delapan. Falsafah hidupnya, ''Kerja sebatas kemampuan, dan belajar tidak hanya lewat pendidikan formal.'' Seminggu dua kali, ia berenang. Tiap Sabtu dan Minggu, ia santai bersama keluarga.

http://allah-semata.org/forum/index.php?topic=147.0

Tidak ada komentar:

Posting Komentar